Minggu, 04 Juli 2021

Life, Love, Learn Pt. I

 CHAPTER 1 - LIFE

Wow, sudah lama juga sejak terakhir saya menulis di blog ini. Semenjak itu pula sudah banyak sekali cerita kehidupan yang sudah terlewati. Ya, sesuai dengan judul it's all about Life, Love, and Learn. Bagaimana hidup saya berjalan setelah banyak peristiwa dari senang, sedih, kecewa, hancur, dan menerima.

Tidak bisa dipungkiri hidup saya mulai agak berubah semenjak bapak meninggal dunia bulan Desember 2017. Sebenarnya tidak terlalu ada sangkut pautnya, akan tetapi lingkungan di sekitar terhadap saya lah yang berubah. Beberapa bulan itu ibu saya menjadi sangat-sangat sedih, anatara sedih ditinggal bapak karena merasa "kurang bisa menjadi istri yang baik" dan "takut akan kematiannya kelak". Hari-hari itu, ibu selalu terbayang-bayang akan kematian. Mau tidak mau saya yang saat itu masih bekerja di Yogyakarta, yang biasanya pulang seminggu sekali menjadi dua kali. Badan rasanya remuk. Hingga akhirnya memutuskan untuk resign beberapa bulan kemudian.

Setelah resign saya kira akan bisa rehat sejenak setelah dipusingkan dengan pekerjaan dan kondisi ibu. Ternyata ada tekanan datang lagi yang tidak lain dari kakak kandung saya sendiri. Kakak saya adalah orang ter-konservatif dan strict dari semua orang yang saya kenal. Tipikal orang yang keras kepala (meskipun saya juga) dan selalu merasa bahwa pendapatnya paling benar dan tidak mau kalah berdebat hingga ke hal-hal kecil. Baginya hidup hanyalah soal hitam dan putih. Dulu dia tidak begitu. Sifatnya berubah semenjak bekerja dan "mengenal uang". Dia orang yang paling menentang keputusan saya untuk resign. Bagi dia, pekerja itu harus loyal dan patuh dengan apapun yang terjadi di kantor. Dia tidak sadar dunia telah berubah, dia tidak sadar bahwa industri berkembang sangat pesat untuk saya yang bekerja dan hidup di industri kreatif, hal yang sampai kapanpun dia tidak (mau) tahu. Dan yang paling dia lupakan bahwa saya tidak bisa bekerja ke tempat yang jauh (re:Jakarta) juga karena dia menyuruh saya untuk bekerja di Solo agar bisa menjaga ibu saya sedangkan dia sendiri sudah merantau terlebih dulu. 

Dia (sok-sokan) menjadi kepala keluarga sepeninggal bapak saya. Iya, memang secara status begitu akan tetapi kenyatannya tidak ada satu hal pun yang ia lakukan selayaknya kepala keluarga. Terlalu sering juga dia mengatur apa yang harus dilakukan orang lain agar menjadi baik menurutnya sekalipun orang itu tidak nyaman. Dia adalah tipikal orang yang bisa dikatakan memaksakan kehendak. Misal jika ia mengajakmu ke suatu tempat dan kamu menolak dia akan membuatmu risih hingga kamu berkata iya. Hingga pada akhirnya dia memaksa aku untuk berinvestasi pada sebuah Fintech P2P Lending yang sebenarnya saya sendiri kurang percaya.

Selang waktu berjalan ternyata benar investasi ini hancur. Semacam investasi bodong dengan skema ponzi. Waktu itu saya masih berusia 25 tahun dan sudah mengalami kerugian sebesar 100 juta rupiah. Bisa kamu bayangkan betapa kecewanya saya. Kejadian itupun dibarengi dengan masalah lain dan datang secara beruntun.

Hari-hari itu saya ditinggal pergi klien saya dan belum membayar. 100 juta sayang saya kumpulkan hilang begitu saja. Hanya tinggal sedikit tabungan di rekening. Mobil tua saya mulai menunjukkan banyak gejala kerusakan dan harus dibereskan satu per satu.

Akhirnya saya dapat bekerja lagi berkat bergabung dengan agensi kakak tingkat saya, OwalahLabs. Gaji yang saya dapat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pada awalnya. Mobil mulai menunjukkan kerusakan lagi, kucing-kucing yang saya pelihara sakit secara bersamaan. Dan hingga akhirnya, pacar saya memutuskan untuk meninggalkan saya. Hari itu, hari yang tidak akan pernah saya lupakan selama hidup saya. Hancur sehancur-hancurya dan mencoba bangkit sedikit demi sedikit sembari menutup luka dalam-dalam.

1 komentar:

  1. God damn sedih banget bro :( Jadi inget pas lu telpon sambil curhat dulu

    BalasHapus