'Follow your passion
it will lead you to
your purpose'
- Oprah Winfrey
Begitulah kata Oprah Winfrey tentang bagaimana kita harus bersikap kepada passion kita. Tapi sejauh mana kita harus tetap bertahan dengan passion-passion kita dan tetap memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita?
Pada dasarnya saya adalah orang bebas. Orang-orang terdekat saya pun paham akan hal tersebut. Mereka bilang saya idealis. Mereka bilang saya terlalu tinggi mentarget tujuan saya. Saya bukan tipikal orang yang biasa berdiam diri di satu tempat dalam waktu yang lama. Bukan tipikal orang yang cocok untuk sekolah secara normal, atau bekerja kantoran. Tapi disitulah letak masalahnya.
Saya adalah seorang fotografer dan cinematographer (bukan videographer). Sebagai seorang 'seniman' saya punya goal sendiri terhadap apa yang saya kerjakan. Ketika masih kuliah saya sangat sering mengeksplor ide-ide untuk melakukan sebuah sesi pemotretan atau untuk membuat storyline untuk film yang ingin saya produksi (meskipun waktu itu tidak jadi diproduksi). Seiring berjalannya waktu saya sadar kemampuan teknis per-kamera-an saya lebih bagus daripada kemampuan storytelling saya. Waktu itu saya berharap suatu saat ingin bekerja di sebuah PH (production house) atau minimalnya di agency-agency untuk meningkatkan skill saya.
Setelah wisuda di bulan April, saya berencana melanjutkan bekerja di sebuah PH. Tetapi waktu itu kebetulan lowongan-lowongan seputar film dan video sedang sepi. Saya mulai kebingungan sebagai seorang sarjana yang masih saja menganggur. Akhirnya target saya turunkan sedikit untuk mencari PH yang lebih dekat dikarenakan juga sakit bapak sudah mulai parah. Tetapi ternyata masih tidak ada juga.
Masuk ke bulan Juni ada sebuah lowongan pekerjaan di sebuah media yang 'dulunya' menjadi salah satu web favorit saya untuk mengisi kekosongan. Media ini terlihat sangat asyik, kontenya banyak berupa tips, motivasi hidup, percintaan, pokoknya permasalahan yang dialami usia 20-30an. Ekspektasi awal saya mendaftar karena saya sudah sangat sering membaca artikel di media ini dan beberapa artikel sangat bisa untuk di-film-kan (film! bukan hanya video!). Singkat cerita saya pun diterima bekerja di sini.
Saya ditugaskan untuk membuat konten-konten video yang menarik di sini. Saya juga sudah membeberkan ide-ide saya yang sesuai dengan identitas media ini.
Tetapi....
Bukannya mereka menolak, tetapi jajaran media ini lebih ingin mengejar kuantitas daripada kualitas. Sebagai seorang cinematographer saya merasa diinjak-injak. Dan juga selama ini saya bekerja sendirian tanpa adanya sebuah tim.
Saya merenung dan berpikir. Sebelumnya saya sudah pernah bekerja di sebuah video production di Jawa Timur dan sebenarnya saya lebih nyaman di sana. Karena harus menyelesaikan kuliah saya pun mengundurkan diri.
Tetapi disini saya mulai bimbang dan resah dengan diri saya sendiri. Gaji yang saya dapat di sini lumayan besar, akan tetapi yang saya pertaruhkan adalah mimpi-mimpi saya. Saya tidak bisa berkembang. Saya makin bodoh. Satu-satunya yang membuat saya bertahan karena belum ada lowongan lain. Hari ke hari saya seperti mayat hidup.
I lost my hopeSaya merasa insting-insting saya mulai melemah. Kepekaan saya terhadap sesuatu hilang. Saya kehilangan sentuhan. Saya sedih. Saya mati.
I lost my passion
My senses die
My eyes closed
I'm dead
But I'm alive
Tidak ada komentar:
Posting Komentar