Telah melewati bulan ke 3 menjadi manusia yang bermukin di kota yang katanya "romantis. Dan setelah menulis blog sekian lama akhirnya memberanikan diri untuk menulis yang lebih bermanfaat.
Saya bekerja sebagai seorang produser video di sebuah social news site yang cukup terkenal. Traveling dan jajan sudah menjadi hobi saya sejak lama. Selain itu saya sudah belajar masak semenjak duduk di bangku SMP, jadi tidak ada salahnya saya mulai mengulas tentang makanan.
Beberapa minggu yang lalu saya membuat video review tentang sate klathak ini. Sate klathak banyak dijumpai di sepanjang jalan Imogiri Timur, Bantul, Yogyakarta. Sebenarnya sudah cukup banyak orang mengetahui Sate klathak. Dan menurut beberapa orang dan talent saya sebagai host di video tersebut, sate Pak Pong lah yang paling enak.
Oh benarkah? saya bertanya-tanya apa benar seenak itu.
Akhirnya saya langsung membuat video tersebut tanpa ba-bi-bu (karena deadline juga sih). Selama proses tersebut saya juga ikut mencicipi sate klathak Pak Pong yang katanya terkenal itu.
Dan....menurut saya.....
Tidak ada yang sepesial dari sate ini. Masih kalah dengan sate andalan saya di Solo yaitu Sate Kambing Mbok Galak. Kemudian saya bertanya-tanya lagi. Apakah di sekitar sini tidak ada sate yang lebih enak?
Beberapa hari kemudian selepas bekerja saya kembali ke Bantul untuk mencari warung sate klathak lain. Dengan hanya bermodal google dan insting traveler, saya menemukan sebuah warung sate klathak yang berada di dalam pasar.
saya langsung memarkir motor dan ingin segera memesan. Tapi ternyata saya datang terlalu cepat. Warung baru buka jam 19.00 sedangkan saya sampai sekitar pukul 18.40. Sembari menunggu saya browsing di Google dan menemukan warung ini bernama Sate Klathak Pak Bari Pasar Wonokromo.
Kondisi warung sate ini berbeda dengan warung sate klathak Pak Pong. Warung Pak Pong jauh lebih bagus dan rapih (mungkin karena sering disinggahi artis ibu kota). Sedangkan warung pak bari ini hanya di dalam pasar, lesehan dengan tikar, bahkan masih ada barang dagangan pedagang lain yang ditinggal di dalam pasar. Tapi jangan salah, pengunjung yang datang kesini rata-rata menggunakan mobil yang berarti warung sate sederhana ini tidak main-main!.
Akhirnya pesanan saya datang. Rata-rata porsi sate klathak hanya 2 tusuk. Tapi saya memesan 3 tusuk. Harga satu porsi sate klathak di sate Pak Bari adalah Rp 20.000. Tambahan per tusuknya Rp 10.000.
Begitu sate klathak datang langsung saya cicipi kuah gulainya terlebih dahulu. Dan ternyata benar, disini rasa kuah gulainya lebih tasty dibanding sate klathak Pak Pong.
Giliran sang daging yang kini saya santap. Memang karakter rasa sate klathak ini lebih soft karena memang bumbunya hanya terdiri dari garam dan merica. Tetapi sate klathak Pak Bari ini bumbunya lebih terasa, asin dan pedas mericanya pas. sedangkan di Pak Pong rasanya cenderung lebih hambar.
Saya juga mencicipi menu lainnya yaitu 'kicik daging' (maaf tidak sempat memfoto). Saya juga baru pertama mendengar nama kicik ini. Kicik ini hampir mirip dengan tongseng, tetapi disajikan secara kering (tumis, tidak berkuah banyak) dan mempunyai rasa pedas. Kesan pertama melahap kicik daging ini adalah 'wow he is the man'. Dari sekian menu yang ada, kicik ini lah yang menurut saya paling the best rasanya.
Untuk kalian yang sedang main di Jogja dan ingin makan sate klathak, coba singgah di warung sate klathak Pak Bari ini. Selain karena buka di malam hari, lalu lintas dari Jogja menuju Bantul sudah mulai lengang. Dan untuk rasa sate klathak menurut saya 'the best in town!'
Sekian dulu tulisan dari saya. Semoga saya bisa tetap konsisten menulis sesuatu yang lebih bermanfaat seperti ini.
Thank you.