Rabu, 16 Maret 2016

Rindu

Malam ini saya merasa agak melankoli. Juga sudah lama tidak menulis di blog ini. Sepi rasanya. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang belum diizinkan mengambil tugas akhir (TA) dan teman-teman yang mulai sibuk untuk segera menyelesaikan tekanan demi tekanan TA.

Sore tadi entah kenapa saya tiba-tiba ingin ke kampus (padahal siangnya saya di rumah). Mungkin juga ada rasa ingin bertemu dengan "dia" atau hanya karena gabut di rumah. Tetapi hari ini telah menciptakan rasa rindu yang teramat sangat. Ya, rindu. bukan sekedar kangen, karena rindu itu lebih mendalam.

Berjalan dari gedung 4 FSRD menuju gedung 2 membangkitkan memori-memori lama saya. Dimana dulu berbagai kegiatan dari yang tidak penting hingga kegiatan benar-benar penting selalu kami lakukan di bangunan gedung 2. Memang, HIMA jurusan saya tidak diberi ruangan khusus oleh fakultas sehingga rapat biasa dilakukan dimana saja.

Saya duduk berdua bersama sahabat saya. Sahabat "pemberontak" saya. Ya, pemberontak, karena saya rasa hanya kami berdua yang berani terang-terangan protes jika ada kebijakan dari jurusan yang menurut kami tidak masuk akal.

Banyak hal yang kami perbincangkan terutama kebijakan kampus yang memang makin hari makin ngaco hingga pada akhirnya kami membicarakan masa-masa sebagai mahasiswa "sebelum" tingkat akhir. Entah mengapa rasa rindu itu muncul. Saya rindu sahabat-sahabat saya yang mulai susah dipertemukan karena memang sedang sibuk. Saya rindu berjuang bersama mereka. Saya rindu ketika kita tertawa. Saya rindu ketika kita saling mengingatkan. Saya rindu ketika saat makan siang harus rapat mau makan dimana. Saya belajar banyak dari mereka. Mungkin mereka bukan orang baik, tapi mereka sahabat terbaik bagi saya. Mereka yang jujur dan blak-blakan ketika mengingatkan saya apapun itu. Bukan orang yang cuma bisa ngomong di belakang tanpa solusi.

Selain itu ada rindu yang lain. Lokasinya sama, di kampus. Tetapi dengan orang yang berbeda. Dengan dia yang mulai berbeda pula.

"I miss your tiny hands
I miss your crazy kitten smile"

Tuhan, rindu itu kejam. Membuat saya tidak terlihat tangguh. Tetapi saya bersyukur setidaknya saya masih punya hati untuk merindu.

Selamat tidur kamu, aku juga, bersama semua yang telah kita lalui semoga Tuhan menghilangkan semua kebimbangan.