Setelah menjalani kerja profesi, pikiran saya kembali tidak tenang. Mata saya terbuka bahwa kerja tak sesuai passion memang sangat tidak mengasyikkan. Dan melihat realita bahwa banyak orang disana begitu susah mencari kerja. Belum lagi jika yang dipilih sang "megapolitan". Ya Jakarta. Dimana perputaran uang sangat cepat tapi tidak untuk kehidupan manusiawi. Setelah menjalani semua ini sudah tak terpikirkan lagi saya akan mengais rupiah di ibukota.
Tahun depan saya menginjak usia 22 tahun. Karena ini pula yang membuat pikiran tidak tenang. Melihat kakak saya sudah memiliki rumah di usia 23 tahun dan mobil di usia 25 tahun seakan-akan menjadi standar kesuksesan saya kelak. Meskipun kadang terbersit " kerja itu yang penting enjoy, sesuai minat, biar kerja rasa liburan". Tetapi realita tak semenyenangkan itu.
Saya tipe orang yang tidak terlalu suka diperintah (terutama oleh orang yang lebih payah dari saya, maaf). Menjadi karyawan? Hmmm saya tidak tertarik sama sekali. Terpikir membuka usaha sendiri. Tapi ini butuh waktu yang sangat lama. Dengan target unur 23 punya rumah? Masya allah. Saya hanya bisa berdoa dan kerja keras.
Akhir-akhir ini juga mulai aktif kembali di dunia musik. Mulai membentuk grup musik dengan teman-teman kampus dengan tujuan sebagai "usaha" cadangan jika usaha yang utama berjalan kurang mulus. Tetapi mencari channel untuk pentas di panggung sudah tidak segampang dulu.
Bahkan untuk urusan jodoh tidak terpikirkan. Banyak teman-teman saya juga yang berstatus jomblo tetapi paling tidak mereka sedang menyukai seorang wanita. Sedangkan saya suka dengan seseorang pun tidak. Am I normal? Or just fucking stupid?.
Banyak hal yang perlu direnungi di usia kepala 2 ini. Semoga jalan selalu dilancarkan oleh Yang Maha Kuasa.
Minggu, 13 Desember 2015
Is this quarter life crysis?
Langganan:
Postingan (Atom)